Bismillah.
Allah berfirman :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu ‘keyakinan’ itu.” (al-Hijr : 99)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan :
قال البخاري : قال سالم : الموت
وسالم هذا هو : سالم بن عبد الله بن عمر
Imam Bukhari mengatakan : Salim berkata bahwa yang dimaksud ‘keyakinan’ di sini adalah kematian. Salim ini adalah Salim bin Abdullah bin Umar.
Beliau juga menjelaskan :
عن سالم بن عبد الله : ( واعبد ربك حتى يأتيك اليقين ) قال : الموت
وهكذا قال مجاهد ، والحسن ، وقتادة ، وعبد الرحمن بن زيد بن أسلم ، وغيره
Dari Salim bin Abdullah mengenai makna firman Allah (yang artinya), “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu keyakinan.” Beliau (Salim) mengatakan ‘yaitu kematian’. Demikianlah tafsiran dari Mujahid, al-Hasan, Qatadah, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dan ulama lainnya.
(lihat Tafsir Ibnu Katsir Suraj al-Hijr ayat 99)
Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan :
ويستدل بها على تخطئة من ذهب من الملاحدة إلى أن المراد باليقين المعرفة ، فمتى وصل أحدهم إلى المعرفة سقط عنه التكليف عندهم . وهذا كفر وضلال وجهل ، فإن الأنبياء – عليهم السلام – كانوا هم وأصحابهم أعلم الناس بالله وأعرفهم بحقوقه وصفاته ، وما يستحق من التعظيم ، وكانوا مع هذا أعبد الناس وأكثر الناس عبادة ومواظبة على فعل الخيرات إلى حين الوفاة . وإنما المراد باليقين هاهنا الموت
Ayat ini juga menjadi dalil yang menunjukkan kekeliruan sebagian orang mulhid/kaum yang menyimpang aqidahnya yang menyatakan bahwa yang dimaksud keyakinan -dalam ayat itu- adalah ma’rifah/pengetahuan atau ilmu mengenai Allah, maka kapan saja seorang diantara mereka (mulhid/sufi ekstrim atau filosof, pent) sampai pada derajat ma’rifah gugurlah taklif/kewajiban agama bagi mereka. Ini adalah kekafiran dan kesesatan sekaligus kebodohan.
Sesungguhnya para nabi ‘alaihimus salam dan para sahabat/murid mereka adalah orang yang paling berilmu tentang Allah dan paling ma’rifat terhadap hak-hak-Nya dan mengerti keagungan sifat-sifat-Nya serta apa saja yang layak diberikan kepada-Nya berupa pengagungan, meskipun demikian mereka adalah orang yang paling tekun beribadah dan paling konsisten dalam melakukan kebaikan hingga datangnya kematian. Sesungguhnya yang dimaksud ‘keyakinan’ di dalam ayat ini adalah maut.
Demikian penjelasan Ibnu Katsir rahimahullah.
Semoga bermanfaat.